Biografi K.H. Khusein Ilyas Mojokerto
K.H. Khusein Ilyas
Menurut keterangan yang dihimpun, beliau adalah keturunan Raden Kyai Ngabehi Ronggowarsito. Berikut silsilah beliau : RONGGOWARSITO –> NUR FATAH –> NUR IBRAHIM –> SYEH YASIN SURAKARTA –> NUR NGALIMAN/ SENOPATI SUROYUDO –>MUSYIAH –> K.H. ILYAS –> K.H. HUSEIN ILYAS (MOJOKERTO)

K.H. Khusein Ilyas adalah kiai sepuh yg sangat disegani dan dihormati di
Jawa Timur. Di pondoknya yg sederhana di Karangnongko, Mojokerto, hampir setiap
hari banyak orang yang mengunjungi kediamannya mulai dari silaturrahmi, mengaji
pada hari ( jum,at pagi, sabtu, selasa, malam 17-an ) sampai meminta doa dan
restu.
Menurut beliau, siapa saja boleh datang ke pondoknya. Biarpun itu orang
biasa, pejabat, tokoh agama, dan lain sebagainya. Beliau akan menerimanya dengan
tangan terbuka. Biasanya pondoknya selalu ramai didatangi orang - orang yg ingin
minta restu, petunjuk atau sekedar silaturahim. Tetapi beliau menolak jika
dimintai dukungan. Beliau menyadari, beliau adalah panutan masyarakat terutama
warga NU, jika beliau mendukung ini itu, beliau kasihan masyarakat nantinya yang
kebingungan.
Karomah
K.H. Khusein Ilyas pernah bercerita bagaimana sengsaranya dulu ketika zaman Jepang. Ketika itu, tentara Jepang memberlakukan jam malam, mereka melarang rakyat Indonesia untuk keluar rumah menjelang sore hari. Hukumannya dibunuh di depan umum bila kedapatan keluar rumah di sore dan malam hari, karena dianggap pemberontak. Pernah suatu ketika ada yg mencari tahu, apa sebenarnya yg dilakukan tentara Jepang di sore dan malam hari itu. Ternyata tentara Jepang tersebut di waktu sore itu mengangkuti hasil tanam rakyat untuk dibawa ke negara mereka. Memang di waktu itu diberlakukan peraturan semacam tanam paksa untuk kebutuhan logistik Perang Asia Timur Raya. Hasil panen yg dihasilkan oleh rakyat, sebagian besar diangkut Jepang sedangkan rakyat diberi bagian sedikit sekali. Proses memanen juga harus dalam pengawasan tentara Jepang, jika ketahuan memanen sendiri, maka akan dihukum mati.
Pada suatu waktu, ada seorang petani yg nekat memanen hasil tanam sendiri tanpa pengawasan tentara Jepang. Sayang usaha nekat petani tersebut ketahuan oleh tentara Jepang, sehingga petani itu ditembak oleh tentara Jepang. Anak petani tersebut akhirnya melapor kejadian kepada K.H. Khusein Ilyas yang waktu itu masih muda. Mendapat laporan tersebut, K.H. Khusein pun akhirnya mengajak teman2nya ke sawah untuk memanen padi menjelang Maghrib.
Ketika sedang memanen, K.H. Khusein Ilyas didatangi beberapa tentara Jepang yang sedang berjaga dengan membawa anjing. Melihat K.H. Husein Ilyas, anjing tentara Jepang tersebut malah beringsut mundur, lari menjauhi K.H. Khusein Ilyas. Sehingga sebagian tentara Jepang itu malah kerepotan mengejar anjingnya yg lari.
Sementara tentara Jepang yg lain, menodongkan senjata pada K.H Khusein Ilyas dan teman-temannya. Tiba-tiba senjata yg ditodongkan ke arah Kepada K.H Husein Ilyas itu meleleh seperti dipanaskan. Tentara-tentara itu pun kaget dan ikut-ikutan lari terbirit-birit. K.H Khusein Ilyas selalu berprinsip bahwa menjadi manusia itu tidak boleh takut pada siapapun dan apapun, kecuali hanya takut pada Allah SWT. Karena manusia itu Khalifatullah, sebagai kholifah Allah SWT itu sudah seharusnya tidak boleh takut apapun selain takut pada Allah SWT.
Lalu diceritakan pula, ketika K.H. Khusein Ilyas masih muda, kalau beliau sedang puasa selalu menyendiri di hutan atau di manapun pokoknya jauh dari keramaian agar tidak diketahui orang dan ditanyai macam-macam. Suatu ketika beliau dalam uzlahnya itu tertidur di suatu hutan, lalu tiba-tiba dibangunkan Gus Zuli (Romo Yai Djazuli Utsman). K.H. Khusein Ilyas terkejut ketika terbangun banyak teman-temannya dan Gus Zuli di sekelilingnya. Teman-teman beliau bilang kalau K.H. Khusein Ilyas sudah hilang berminggu-minggu, padahal beliau merasa hanya tidur beberapa menit. Anehnya, teman-teman K.H Khusein Ilyas tidak melihat beliau tertidur di tempat tersebut, hanya Gus Zuli yg tahu, sebab itulah yg membangunkan K.H. Khusein Ilyas adalah Gus Zuli. Lalu K.H. Khusein Ilyas bercerita pada Gus Zuli tentang mimpi ketika tertidur tadi.
Dalam mimpi Mbah Yai Khusen bermimpi bahwa suatu saat ada kiai besar yg akan lahir di tempat ini dan tempat ini akan ramai setelah kiai besar terbut wafat. Gus Zuli hanya menjawab, benar. Tempat tsb sekarang adalah makam dari ulama muassis Dzikrul Ghofiliin, KH. Hamim Jazuli atau Gus Miek.
Selain itu, Mbah Yai Khusen hingga kini selalu dimintai doa dan gemblengan kekebalan bagi anggota Banser ketika akan melaksanakan tugas. Berbagai cabang Banser dari seluruh daerah selalu meminta gemblengan kebal senjata pada Mbah Yai Khusen. Gemblengan itu melalui ritual doa dan rajah menggunakan alat tulis yg dituliskan pada punggung masing2 anggota Banser.
Kedekatan Dengan Gus Dur
K.H. Khusein Ilyas selalu bersemangat kalau bercerita tentang Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur adalah pribadi yg luar biasa. Beliau sering didatangi Gus Dur selama presiden RI ke-4 itu masih hidup, hingga ada kejadian lucu. Gus Dur kalau sowan menemui Mbah Yai, tanpa pengawalan dan tahu2 sudah ada di halaman rumah beliau. Begitu Gus Dur pulang, baru polisi2 datang menemui Mbah Yai, agar melapor jika akan ada pejabat atau tamu penting. Mbah yai hanya beralasan, Bagaimana mau lapor, wong pejabatnya datangnya tidak memberitahu. Dan itu kejadian berulang kali.
Kecintaan Terhadap NU
K.H. Khusein Ilyas adalah Rais Syuriah NU Cabang Kab. Mojokerto sejak 2003 sampai 2013 Ada cerita dibalik pemilihannya sebagai rais syuriah, sebetulnya KH Husein Ilyas enggan dicalonkan dan memilih pulang ke pondok pesantren Almisbar yg diasuhnya. Prinsip beliau, jangankan memegang jabatan tertinggi, jadi ranting saja tidak mau, ada tanggung jawab besar yg diemban pemangku jabatan tsb. Namun para pendukung beliau berhasil meyakinkan KH Husein bila kehadirannya sangat dibutuhkan NU. Beliau menyadari, NU didirikan para ulama dan banyak yg menghendaki agar KH. Husein dicalonkan, akhirnya beliau pun menjadi rais syuriah NU cabang Kab. Mojokerto.
Komentar
Posting Komentar